Peran Nahdlatul Wathan Dalam Membangun Bangsa
Wakil Rektor bidang akademik Universitas Hamzanwadi (Dr. H. Khirjan Nahdi, M.hum.) menjadi salah satu narasumber pada kegiatan Sarasehan Kebangsaan yang dilaksanakan oleh Gerakan Suluh Kebangsaan pada hari Rabu, tanggal 12 Februari 2019 di Golden Palace Hotel mataram. Kegiatan ini diikuti oleh beberapa tokoh organisasi keagamaan Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari Nahdlatul Watahn, Nahdlatul Ulama’, Muhammadiyah, dan lain lain. Sarasehan Kebangsaan dihadiri langsung oleh Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan (Prof. Dr. Mahfud MD) sebagai pembicara utama sedangkan Dr. H. Khirjan Nahdi, M.Hum. (NW), H. Falahuddin, M.Ag (Muhammadiyah), Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. (NU), dan Dr. H. Fahrurrozi, M.Ag. (NW) sebagai pembicara pemantik.
Gerakan Suluh Kebangsaan digagas oleh Prof. Dr. Mahfud MD, Alissa Wahid, Beny Sosetyo, dan Ajar Budi Kuncoro yang prihatin dengan maraknya potensi perpecahan dari komponen bangsa. Seperti maraknya potensi identitas sehingga orang atau kelompok menyerang orang atau kelompok lain tapi sama-sama mengklaim sebagai penjaga identitas primordial yang sama. Ada juga kecendrungan kontestasi untuk mencari menang dan bukan mencari yang baik. Diam-diam radikalisme menumpang dan mengadu domba melalui produksi berita, berita hoax papar Mahfud MD dalam sambutanya.
Melihat situasi seperti itu perlu sebuah gerakan bersama untuk lebih mengedepankan dialog, menjunjung tinggi kebersamaan, dan menghargai kebhinekaan dalam bingkai NKRI. Kami akan mendorong kebebasan menentukan pilihan secara demokratis tanpa bermusuhan. Kontestasi politik harus diartikan sebagai kepentingan mencari yang baik, bukan dilakukan sebagai Zero sum game paparnya.
Pada kesempatan tersebut Wakil Rektor 1 Universitas Hamzanwadi sebagai pembicara pemantik menyampaikan terkait dengan peran Nahdlatul Wathan yang hadir dengan keislaman kebangsaanya.
Jika Muhammadiyah hadir dengan Islam yang berkemajuan, NU hadir dengan Islam Nusantara, NW hadir sebagai bentuk perjuangan Keislaman dan Kebangsaan. Jadi, apa yg menjadi tanggung jawab hari ini adalah tanggung jawab sejarah, menurut persepktif Islamic studies melalui para ahli, tanggung jawab sejarah itu adalah kepemimpinan untuk dua hal yaitu pertama tegaknya agama Allah dan kedua Maksimalnya karunia Allah untuk kemaslahatan bersama.
Tanggung jawab generasi sejarah masa kini ada dua hal: bersyukur kepada Allah telah dikaruniakan keindonesiaan, dan berterima kasih kepada para founding fathers bangsa ini yang telah mewariskan kebangsaan, keindonesiaan, kebhinekaan, Pancasila, dan UUD 1945.
Pada tingkat lokal, kelima konsep, prinsif, dan acuan pikir dan tindakan tersebut telah dicontohkan, diteladankan oleh tokoh2 lokal sesuai zamannya. TGHM Zainuddin Abd. Madjid dengan NW telah meletakkan ideologi keislalaman dan kebangsaan secara sejajar. " sama pentingnya memperjuangan Islam dan memperjuangkan bangsa dengan berbagai entitasnya.
cakupan ini terlalu luas dan kaya, demikian juga Islam, dan agama-agam lain sangat kaya dengan berbagai nilai kebajikan, tidak mungkin diperjuangkan sendiri, namun harus bersama-sama.
Terkait hoax akhir-akhir ini, yang dikhawatirkan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa, dalam perspektif metodologis tidak memenuhi standar dan tahap ilmiah (penggemar hoax tidak berpikir ilmiah), karena tidak melakukan induksi, deduksi, ferivikasi, argumentasi, dan tahap ilmiah lainnya.
Dalam hal semua agama mengajarkan kejujuran, dpt disebut, penggemar hoax lupa ajaran kejujuran dan malas berpikir ilmiah.
Beliau menekankan pada seluruh peserta yang hadir pada sarasehan kebangsaan tersebut adalah orang-orang dengan kapasitas strategis untuk mendorong terciptanya suasana keberagamaan (khususnya Islam), kebangsaan dengan berbagai dinamika ke arah yg lebih baik. Khusus, kami di NW sebagai bagian dari bangsa ini, sebagai aset bangsa sudah memfinalkan, bahwa Islam dan Keindonesiaan adalah nilai dan tatanan nilai kebajikan yg sejajar. Kemudian beliau menutup penjelasanya dengan kalimat NW Fil Khair dan NW Fastaqul Khairaat.
Created By: Kien