Peringatan Hari Pahlawan, Inilah Senarai Perjuangan HAMZANWADI
Apel peringatan Hari Pahlawan 10 November 2020 yang berlangsung di Kompleks Pemakaman Makam Pahlawan Nasional TGKH M Zainuddin Abd Majid Pancor, Lombok Timur NTB berlangsung khidmat. Momentum itu, Dr. H. Khirjan Nahdi menyampaikan senarai perjuangan hidup sang pahlawan asal Gumi Lombok itu.
Ia menyebutkan, peradaban masyarakat Sasak secara khusus pada saat itu mulai abad ke-12, Sasak dikolonialisasi oleh kerajaan Majapahit dengan peradaban Hindu. Abad ke-16 dikolonisasi oleh Makassar yang datang dari timur.
“Awal abad ke-18 sampai awal abad ke-19 kembali dikolonisasi oleh kerajaan Hindu yang datang dari barat pulau tetangga dan dikolonialisasi oleh kolonial Belanda dan Jepang,” ungkapnya saat apel hari Pahlawan 2020.
Disebutkan, perjuangan Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid atau HAMZANWADI dalam membangun bangsa tidak lepas dari empat diskursip yang melengkapi perjuangannya. Pertama adalah kecerdasan, kedua tanpa pamrih, ketiga ketauladanan, dan keempat, kemanfaatan untuk pembangunan masa depan.
“Keempat diskursif tersebut dimulai sejak 1934 atau 11 tahun sebelum Indonesia merdeka beliau menginisiasi Pesantren Al Mujahidin sebagai cikal bakal dari Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesantren Daarun Nahdlathain Pancor saat ini, dan Insya Allah hingga akhir zaman,” ucapnya.
Berikutnya, kata Khirjan, pada masa-masa tersebut masyarakat Sasak sebagai bagian dari negara kesatuan republik Indonesia sedang dikolonisasi oleh bangsa barat yakni Belanda dan Jepang yang sebelumnya dikolonialisasi kerajaan Karangasem Bali dengan penetrasi agama dan budaya, namun hal itu terus mendapatkan perlawanan dari masyarakat.
“Kesadaran kecerdasan beliau itu mulai muncul dengan instrumen pendidikan menjadi instrumen utama yang membutuhkan kemerdekaan. Itu artinya bahwa TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, sejak sebelum kemerdekaan sudah berkiprah dan menyadari arti penting kemerdekaan melalui pendidikan,” imbuhnya.
Setelah Indonesia merdeka, dengan hadirnya tentara NICA (Nederlands Indie Civil Administration) yang dibonceng oleh Nederlands dan Australia yang ingin menjajah kembali bangsa ini. Saat itulah Pesantren Nahdatul Wathan menjadi benteng utama pertahanan tentu dengan spiritualitas melalui doa-doa karya-karya yang dilantunkan yang disiarkan ketika itu.
“Dan pada saat itu, salah seorang saudara kandung beliau TGH Muhammad Faisal menjadi salah satu korban dalam peristiwa tersebut dan itulah cikal bakal dimulainya Taman Makam Pahlawan Rinjani,” ujar dosen ahli filsafat itu.
Peristiwa ini sebetulnya dapat disejajarkan dengan serangan umum 1 Maret 1948 di Yogyakarta yang inisiator intelektualnya adalah Sultan Hamengkubuwono IX, tetapi yang dipopulerkan adalah Mayor Jenderal Soeharto. Ini kesejajaran aras perjuangan.”
Tidak selesai sampai di situ, pada masa revolusi 1964-1965, TGKH M Zainuddin Abdul Madjid menjadikan Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan sebagai benteng pertahanan ideologi dari rongrongan ideologi komunis pada saat itu. “Ini perlu dicatat oleh kita semua,” ulasnya.
Pada fase orde baru, kata Khirjan, beliau memulai pembangunan dengan melakukan banyak hal melalui instrumen yang tersedia pendidikan, sosial, dakwah, dan pengembangan ekonomi. Maka, jangan salah, ketika ada analog yang menyebut bahwa Pancor berafiliasi kepada partai kuning.
“Waktu itu bukan semata-mata kepentingan instrumentasi politik bukan semata-mata karena kehausan nafsu politik, tetapi lebih kepada persoalan berterima kasih kepada Jenderal Soeharto penguasa Orde Baru karena Soeharto lah yang menjadi penggerak Gerakan 30 September 1965,” tegasnya.
Oleh karena itu, umat Islam khususnya harus berterima kasih kepada Soeharto sehingga beliau memilih untuk mendukung Golkar. Itulah sejarah politik. Kenapa pada saat itu kampanyenya kampanye Golkar,” ulasnya. Tidak selesai sampai di situ Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid tetap menginisiasi pembangunan di era Orde Baru.
“Masih ingat program Keluarga Berencana? Ketika banyak tokoh agama, alim ulama menolak, tetapi beliau mau menerima, bahkan menjadi motor penggerak Gerakan Keluarga Berencana di Nusa Tenggara Barat,” ulasnya.
TGKH. Zainuddin Abd Madjid juga turut mendukung program intensifikasi dan ekstensigikasi pertanian. “Beliau berada di garis depan untuk proses tersebut. Lalu ada imunisasi pada saat itu beberapa jenis, beliau juga menjadi garis depan di dalam inisiatif dan gerakan tersebut melalui Nahdatul Wathan,” sambungnya.
Empat diskusrsif yakni kecerdasan, keikhlasan, keteladanan, dan kemanfaatan yang dimiliki TGKH M Zaiuddin Abdul Madjid untuk pembangunan semoga terus dijaga, dipertahankan, dan dikembangkan oleh semua. “Selamat jalan pahlawanku. Selamat jalan pahlawan kita semua. Selamat jalan guru. Semoga Allah senantiasa memberikan tempat yang terbaik bagimu,” tutupnya.